Allah Bukan Hanya Mengabulkan Do'a sesuai "Kebutuhan"- 1

Filosofis Do’a*

Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: 'Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksaan api neraka'" (QS Al Baqarah [2]: 201)

Allah SWT mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta “Hasanah Dunia” maupun “Hasanah Akhirat” seperti pada QS Al Baqarah 201 diatas. Kita sering mengartikan kata “Hasanah” dengan kebahagiaan. Bisa jadi ini adalah hal yang keliru. Hasanah berarti segala sesuatu yang bersifat baik yang Allah SWT ridhai. “Hasanah” dengan “Sesuatu yang menyenangkan hati” dapat bertolak belakang karena sesuatu yang baik menurut Allah belum tentu baik menurut kita.

…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (QS Al Baqarah [2]:216

Tanpa kita sadari, kita hafal akan doa diatas dan terus melafazkan doa tersebut setiap sehabis sholat ataupun pada waktu-waktu tertentu lainnya. Dan bisa jadi doa ini telah kita lafaz-kan lebih dari ratusan kali bahkan ribuan kali sepanjang hidup kita, tapi kita merasa Allah belum juga mengabulkannya. Kenapa kita masih saja hidup dalam kesempitan? Kenapa kita masih saja mengalami mush
ibah berupa kesempitan hati ? Rugi dalam usaha? Atau anak yang tidak shalih dan lain-lain? Jawabannya adalah kita keliru dalam memaknai doa kita sendiri. Lisan kita berucap “Hasanah” tapi hati kita menginginkan segala kesenangan yang dapat kita raih di dunia ini yang hanya bersifat materi seperti harta yang banyak dan kedudukan yang terhormat. Hal ini yang menyebabkan doa kita salah makna dan jauh dari memuaskan hati kita.

Dalam salah satu kisah.
Seorang murid duduk berdoa siang dan malam, berhenti sejenak hanya untuk makan dan beristirahat, lalu dilanjutkan lagi dengan berdoa. Semua sahabat yang melihatnya merasa kagum dan memuji dirinya.

Sang guru yang mendengar hal ini mendatangi muridnya dan bertanya mengapa si murid berdoa terus tanpa henti. "Saya berdoa terus untuk mencapai surga!" jawab si murid mantap. Sang guru yang mendengar jawaban ini hanya menggangguk-anggukan kepala, dan pergi berlalu. Beberapa saat kemudian sang guru datang kembali dengan membawa sebuah genteng atap dan selembar kertas amplas.

Sang guru kemudian duduk disebelah guru yang sedang berdoa dan mulai menggosok genteng yang dibawanya dengan amplas. Si murid heran melihat tingkah laku gurunya, lalu bertanya mengapa sang guru mengamplas genteng. Sang guru menjawab dengan tenang, "Saya sedang menggosok genteng sampai menjadi kaca!". Si murid bertanya sambil tertawa, "bagaimana mungkin genteng digosok bisa menjadi kaca?". Sang guru tersenyum balas menjawab, "kalau hanya dengan berdoa bisa masuk ke surga, tentu genteng juga bisa menjadi kaca..."

Tidak salah kita berdoa, karena berdoa bisa menenangkan jiwa. Tapi doa akan menjadi kehilangan makna ketika doa hanya dijadikan satu-satunya sarana untuk menggapai surga. Doa tidak perlu dibanggakan, karena doa adalah rahasia dengan Sang Pencipta. Doa menjadi nyata ketika ia selaras dengan pikiran dan tindakan. Hindari segala kejahatan, praktekkan kebenaran dan kebajikan, kembangkan cinta dan kasih, sucikan hati dan pikiran, maka semua doa yang pernah diucapkan akan menjadi nyata. Seorang murid duduk berdoa siang dan malam, berhenti sejenak hanya untuk makan dan beristirahat, lalu dilanjutkan lagi dengan berdoa. Semua sahabat yang melihatnya merasa kagum dan memuji dirinya.

Tidak salah kita berdoa, karena berdoa bisa menenangkan jiwa. Tapi doa akan menjadi kehilangan makna ketika doa hanya dijadikan satu-satunya sarana untuk menggapai surga. Doa tidak perlu dibanggakan, karena doa adalah rahasia dengan Sang Pencipta. Doa menjadi nyata ketika ia selaras dengan pikiran dan tindakan. Hindari segala kejahatan, praktekkan kebenaran dan kebajikan, kembangkan cinta dan kasih, sucikan hati dan pikiran, maka semua doa yang pernah diucapkan akan menjadi nyata.
*disarikan dari berbagai sumber.

Komentar

Postingan Populer