Pendekatan dan Teknik Supervisi Pendidikan

PENDEKATAN DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN


I.     PENDAHULUAN

Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.[1]
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya. Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, tujuan dan fungsi supervisi, dan teknik dan pendekatan dalam kegiatan supervisi.[i]
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri, supervisi akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang langung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.

 Sedangkan supervisi administrasi menitik beratkan pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran dan administrasi lembaga sendiri diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan supervisor tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah dan berperan dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara
keseluruhan.

 Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama ini menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan saaran yang sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian, perlengkapan serta sistem informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris merupakan sesuatu yang terabaikan.

 Supervisi kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada aspe-aspek yang berada d lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra dan kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki popularitas akan menjadi lembaga pendidikan yang secara otomatis dapat menarik perhatian masyarakat yang pada gilirannya akan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dimaksud.

 Citra sekolah selain digambarkan oleh sarana dan fasilitas yang memadai, juga dibuktikan dengan kualitas proses pembelajaran serta kualitas lulusan yang dapat diakui oleh masyarakat keberadaan lulusan lembaga terkait, selain itu juga tampak sekolah yang baik dilihat dari sisi ketertiban, pengelolaan, kesejahteraan serta situasi dan kondisi lingkungan yang memang kondusif untuk belajar.

 Pada beberapa kajian seperti yang diungkapkan oleh Gregorio (1966) dikemukakan bahwa lima fungsi utama supervisi antara lain berperan sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.

Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas.

 Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, dan dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group
conference, serta kunjungan supervisi.

 Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong \guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri dilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.

 Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan beragai cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.


2. PEMBAHASAN

1.    Pendekatan Supervisi Pendidikan [2]
Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007).

Pendekatan yang diguhakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa pendekatan, perilaku supervisor berikut.

a. Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan
dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.
1) Menjelaskan,
2) Menyajikan,
3) Mengarahkan,
4) Memberi contoh,
5) Menerapkan tolok ukur, dan
6) Menguatkan.

b. Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru
untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut.
1) Mendengarkan,
2) Memberi penguatan,
3) Menjelaskan,
4) Menyajikan, dan
5) Memecahkan masalah.

c. Pendekatan kolaboratif [3]
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut.
1) Menyajikan
2) Menjelaskan
3) Mendengarkan
4) Memecahkan masalah
5) Negosiasi

Ketiga macam pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai yaitu.
1) Percakapan awal (pre-conference)
2) Observasi
3) Analisis/interpretasi
4) Percakapan akhir(pasconference)
5) Analisis akhir
6) Diskusi

2.    Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan

 Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang supervisor, dan teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsifnya berusaha merumuskan
harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.

 Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru- guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan[4].

 Dalam supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok. Teknik individual antara lain berupa (1) kunjungan dan observasi kelas (2) individual conference (3) kunjungan antar guru-guru (4) evaluasi diri (5) supervisory buletin (6) profesional reading (7) profesional writing, sedankan teknik kelompok antara lain (1) rapat staf sekolah (2) orientasi guru baru (3) curriculum laboratory (4) panitia (5) perpustakaan profesional (6) demonstrasi mengajar (7) lokakarya (8) field trips for staff personnels (9) pannel or forum discussion (10) in service training dan (11) organisasi profesional.

 Pada teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada beberapa pendapat sering dipandang sbagai salah satu kegiatan yang menyebabkan prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala sekolah yang diamati oleh pengawas satuan pendidikan, walaupun pada prinsipnya kunjungan kelas merupakan perekaman informasi akurat yang datang secara langsung dari sumber belajar seperti guru dan peserta didik. [5]

 Sisi lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini akan menimbulkan kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.

 Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan oleh supervisor.

 Hariwung (1989) menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam observasi kelas antara lain adalah untuk:
Ø  Mempelajari material yang dipelajari oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan pendidikan, faedah, minat, serta nilainya untuk siswa.
Ø  Mempelajari usaha-usaha guru untuk mendorong dan menuntun siswa untuk belajar, prinsip-prinsip yang dipergunakan dan aplikasinya dalam materi umum dan materi khusus bagi siswa dalam belajar
Ø  Mempelajari usaha-usaha yang dipergunakan dalam menemukan, mendiagnosa, serta memperbaiki kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa
Ø  Mempelajari usaha-usaha yang dipakai untuk menilai hasil belajar, sifat dan alat metode pengukuran serta hubungannya dengan tujuan dari situasi belajar-mengajar, namun bukan mencatat kesalahan-kesalahan guru-guru guna tujuan-tujuan lain.


Dalam tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di kalangan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati pula jika kedapatan metode serta proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka hal ini akan diperbaiki secara langsung tentunya mempergunakan prosedur perbaikan pembelajaran secara proporsional dan profesional.

Walaupun pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi kelajiman guru memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer yang kurang menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik yang kurang didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan pada standar mutu.

Pada prinsip umumnya kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan, yakni kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang diberitahukan oleh kepala sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bagian dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.

Selain prinsip yang dikemuakakan diatas, maka untuk memudahkan bagaimana melihat perkembangan, prinsip dasar, tujuan serta kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam teknik dan metode supervisi, maka dibawah ini akan disajikan dalam bentuk uraian berupa matrik metode dan teknik supervisi. [6]


Matrik: 1
Metode dan Teknik Supervisi Individual

NO
Metode & Teknik Supervisi
Prinsip Dasar Supervisi
Tujuan Supervisi
Analisis
1.
Observasi
Perekaman informasi secara langsung dalam kegiatan belajar-mengajar
Memvalidasi keberhasilan tujuan pendidikan yang dilakukan oleh guru
Timbulnya kesan serta kesenjangan antara atasan dan bawahan
2.
Pertemuan Individu
Dilaksanakan setelah observasi dilakukan, sehingga terjalin hubungan akrab
Menganalisa kesulitan-kesulitan belajar baik yang ditimbulkan oleh guru maupun oleh komponen yang lain
Hendaknya dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
3
Kunjungan Antar Guru
Pertukaran pengalaman yang dilaksanakan oleh forum guru
Meningkatkan sikap, keterampilan serta pengetahuan
Menumbuhkan prinsif pengajaran yang menyenangkan oleh berbagai pihak
4
Evaluasi Diri
Menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri secara akurat
Menumbuhkan dan membangkitkan keberanian diri pada guru
Kesulitan yang dihadapi akan kembali pada sejauhmana masing-masing individu memiliki kesadaran diri
5.
Supervisi bulletin
Pemusatan ha-sil belajar ber-dasarkan seca-ra menyeluruh
Menciptakan komunikasi internal dan bersifat pe-ngembangan staf
Pengoptimalisasian media ce-tak bagi pen-didikan
6.
Bacaan Profesio-nal
Memperkaya pengalaman individual
Penggalian po-tensi diri se-cara akurat
Ketersediaan sarana sekolah menjadi peng-hambat utama
7
Menulis Profesio-nal
Mengoptimalkan potensi diri melalui tulisan ilmiah
Meningkatkan kemandirian profesional
Kurangnya percaya diri dalam menulis yang dirasakan oleh banyak kalangan, serta media yang kurang men-dukung

Matrik: 2
Metode dan Teknik Supervisi Kelompok[7]

N0
Metode & Teknik Supervisi
Prinsip Dasar Supervisi
Tujuan Supervisi
Analisis
1
Rapat Sekolah
Merencanakan bersama-sama visi. Misi, orientasi dan strategi sekolah
Memperbaiki kualitas per-sonil staf dan program sekolah
Rapat berjen-jang dengan memperhatikan kualitas efek-tifitas dan efi-siensi
2
Orientasi Guru Baru
Memperkenalkan dan memperkaya pengalaman de-ngan jalan bertu-kar pengalaman
Mendapatkan informasi bagi guru baru ten-tang sekolah terkait
Jarang dilaku-kan karena kurangnya kesa-daran untuk hal tersebut
3
Laboratorium Kurikulum
Membantu pengembangan kurikulum bagi pi-hak terkait, teruta-ma guru
Membantu guru dan personil sekolah dalam mengembang-kan dan mem-perbaiki kuri-kulum
Hal ini baru dikembangkan oleh sekolah-sekolah unggul
4
Panitia
Memecahkan masalah-masalah khusus dalam tugas kepanitiaan sekolah
Mendorong keberanian dan menciptakan kesempatan bagi individu dalam penga-laman profesi-onal
Kecenderungan melemparkan tugas-tugas tertentu sering terjadi
5
Perpusta-kaan Profesi-onal
Memberikan bantuan dalam peningkatan kompetensi profesional
Memotivasi peningkatan pengetahuan
Pembentukan kebiasaan se-suatu yang ha-rus dilaksanakan sedini mungkin
6
Demonstrasi Mengajar
Peningkatan didaktik dan Metodik Guru
Membantu mengembangkan pengajaran yang efektif
Jarang dilaksa-nakan selain ku-rang adanya percaya diri juga tingkat pemoti-vasian yang rendah
7
Lokakarya
Menghidupkan kerjasama yang memadai
Pemecahan masalah dan situasi sehari-hari
Membutuhkan biaya yang cukup tinggi
8
Field Trips for Staff Personnels
Memberikan kesempatan pada pengembangan staf
Memahami teknik supervisi yang ditentukan oleh kebutuhan staf
Perlunya tindak lanjut dengan sistem evaluasi yang memadai
9
Diskusi Panel
Memperkaya ide dan gagasan da-lam pemecahan masalah
Menumbuhkan sikap, pengeta-huan dan kete-rampilan
Sikap berpikir kritis sangat diperlukan na-mun hal ini ja-rang dilaksana-kan karena mengingat besar biaya yang ha-rus dikeluarkan
10
In Service Training
Mengacu pada azas pendidikan seumur hidup
Pemenuhan kebutuhan tenaga profesional
Diperlukan stra-tegi yang me-madai dalam pe-ngembangan ini
11
Organisasi profesi
Keanggotaan dalam profesi menjadi kebutuhan tersendiri
Peningkatan tanggung jawab dan kesadaran
Sejauh ini patut dipertanyakan lembaga ini dalam pengem-bangan karir.

III.        Kesimpulan

Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinik serta pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral.


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Purwanto, Ngalim (2003) Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya Bandung
Ø  Depdiknas (2001), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjendiknas Jakarta
Ø  Depdiknas (2003), pedoman Supervisi Pengajaran, dikdasmen, Jakarta
Ø  Depdiknas (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas, Jakata
Ø  Depdiknas (2002), Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21   (SPTK-21), Jakarta
Ø  Suhardan Dadang (2007), Supervisi Bantuan Profesional, Mutiara Ilmu Bandung
Ø  Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, Jakarta


[1] Purwanto, Ngalim (2003) Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya Bandung
[2] Depdiknas (2001), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjendiknas Jakarta

[3] Depdiknas (2003), pedoman Supervisi Pengajaran, dikdasmen, Jakarta

[4] Depdiknas (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas, Jakata
[5] Depdiknas (2002), Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21   (SPTK-21), Jakarta

[6] Suhardan Dadang (2007), Supervisi Bantuan Profesional, Mutiara Ilmu Bandung

[7] Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, Jakarta




Komentar

Postingan Populer